Lulusan SPM Batam dan BP2IP Tangerang Berharap Pemerintah Perbaiki Kesejahteraan Pelaut, Gaji Jangan Habis hanya untuk Urus Sertifikat

Para ABK jalur ini Sertifikatnya Bayat kalau Pekerja Migran Pelatihan dan Sertifikatnya ditanggung Pemerintah

Aspatakichannel.com - Menjadi pelaut itu butuh nyali yang sangat besar, siap berjuang untuk mengarungi lautan lepas, jauh dari keluarga hingga keselamatan dan terkadang mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.

Seperti kisah Sunandar (28), pelaut lajang asal Bone, Sulawesi Selatan, yang standby dan sedang merevalidasi dokumen. Dia ditemui saat mampir bersilaturahmi di Kantor Sekretariat Serikat Awak Kapal Transportasi Indonesia (SAKTI) Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kantor Sekretariat SAKTI di Jln Tenggiri No 103B, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ia mengisahkan kali pertama jadi pelaut bermula setelah lulus dari Sekolah Pelayaran Menengah (SPM) di Batam dan melanjutkan dengan mengambil diklat di BP2IP Tangerang

"Saya lulusan sekolah pelayaran di SPM Batam, lalu ikut diklat di BP2IP Tangerang untuk mendapatkan ijazah Ahli Nautika Tingkat Dasar (ANT - D). Pengalaman perdana berlayar dengan mengikuti Praktik Layar (Prala)," ungkapnya kepada BeritaTrans.com dan aksi.id Jumat (11/12/2020).

Ia meningkatkan ijazahnya menjadi ANT - IV Management di BP2IP Tangerang di tahun 2017. dan sekarang bekerja di perusahaan swasta di kapal tugboat.

"Di BP2IP saya tingkatkan ijazah menjadi ANT-IV Management. Di Tahun 2017-2018 saya bekerja di kapaltugboat membawa tongkang batubara di daerah Kalimantan. Saat ini berpengalaman di kapal jenis Self Propelled Oil Barge (SPOB) dari Tahun 2019 hingga sekarang, dan gaji Rp5 Juta," tuturnya.

Pengalaman berlayar pun sudah ke luar negeri. Hampir seluruh perairan di Asia Tenggara sudah ia jelajahi.

Ia pun menuturkan misalnya di tengah lautan ada kru yang sakit ringan mereka sudah menyiapkan obat-obatan serta P3&K, namu bila terjadi kecelakaan kerja maka dilakukan pertolongan pertama yang dilakukan hingga bersandar dan memberitahukan kantor lalu dibawa ke rumah sakit

"Harapan saya dan mungkin para pelaut lainnya kepada pihak-pihak yang berwenang seperti Kementerian Perhubungan serta perusahaan yang mempekerjakan pelaut agar menghargai perjuangan dan memperhatikan kesejahteraan para pekerja di laut, ucapnya.

"Untuk pemerintah mohon permudah kepengurusan dokumen, jangan sampai gaji kami habis hanya untuk perbarui atau validasi sertifikat. Dan bagi perusahaan atau owner jangan menghilangkan premi atau insentif kami saat telat ketika bersandar juga tindaklah oknum yang memperlambat gaji padahal dari perusahaan atau owner sudah membayarkan kewajibannya, " tutupnya


Editor : Amry Piliang

Sumber : beritatrans.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel