Laporan dari Tokyo : Mau Kerja di Luar Negeri ? Jepang Lagi Butuh 345.000 Tenaga Kerja
Aspataki.channel.com (Tokyo) - Pekerja Migran Indonesia berpeluang memasok 70.000 tenaga kerja ke Jepang. Pasalnya negeri berjuluk Matahari Terbit itu sedang defisit tenaga kerja.
Hal itu diungkapkan Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang Tri Purnajaya. Menurut Tri Jepang defisit 345 ribu tenaga kerja pada 14 sektor, mulai dari pertanian, makanan, hingga manufaktur.
Aspataki, Konsuler dan 3 Asosiasi selesai Bisnis Meeting.Indonesia menargetkan bisa mengisi porsi 70.000 tenaga kerja.
"Tapi itu juga harus punya persyaratan orang dengan kemampuan khusus. 345 ribu tenaga kerja (yang tersedia), itu bersaing dengan negara lain untuk diisi 5 tahun ke depan," ucap Tri saat di kantor KBRI Indonesia untuk Jepang di Tokyo, Rabu (5/2/2020).
Aspataki di KBRI Tokyo.Meski ada peluang kerja di Jepang, tak mudah bagi warga negara Indonesia untuk bisa bekerja di Jepang. Sebab, perlu keterampilan yang mempuni termasuk menguasai bahasa Jepang.
"Kalau 70 ribu, skil ada tapi nggak satisfied bagaimana. Jadi harus ada sertifikat, terus kursus bahasa. (Istilahnya) bukan hanya ngelas sepeda saja, (tapi) harus punya kemampuan bahasa juga," ucapnya.
Aspataki selesai diterima wakil Menteri Tenagakerja, SDM dan Pekerjaan Umum didampingi Konsuler.Tri mengatakan pemerintah Indonesia serius mengejar peluang itu, baik itu di era Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri, maupun Menaker saat ini Ida Fauziyah, sudah mengunjungi Jepang untuk mempromosikan tenaga kerja Indonesia.
"Pemerintah kerja keras memformulasikan, menciptakan platform supaya ada flow lebih lncar karena harus bangun informasi database. Indonesia juga harus memetakan terhadap skil yang kita punya, yang punya kemauan dan punya bahasa. Skill cocok, tapi nggak bisa bahasa Jepang ya sama saja. Bahasa itu penting. Itu tantangan kita bukan hanya untuk skill," kata dia.
Aspataki berwisata setelah 3 hari di Tokyo.Tri menambahkan peluang untuk tenaga kerja Indonesia di Jepang sendiri terbuka. Selain karena defisit, tenaga kerja Indonesia terbilang lebih murah ketimbang China.
"Buat Jepang, Indonesia itu strategis. Selain tenaga kerja banyak yang muda dan produktif, kita punya tenaga kerja murah, lebih murah dibanding China. Saingan kita Vietnam. Kemudian bagi Indonesia, keuntungannya bayaran di sini tinggi dan nyaman kerja di sini. Perusahaan Jepang perhatiannya cukup besar," tuturnya.
Di tempat berpisah Saiful Ketum DPP Aspataki menyambut baik Pemerintah RI dan Pemerintah Jepang yang memberikan peluang kepada P3MI dalam menempatkan PMI ke Jepang skema Specified Skilled Worker (SSW) terbukti Jepang adalah negara yang masuk kategori 23 negara penempatan yang dinyatakan dibuka berdasarkan Kepdirjen, kata Saiful.
Aspataki menurut Saiful telah melakukan kunjungan kerja, bisnis meeting baik dengan KBRI Tokyo, dengan tiga (3) Asosiasi dan dengan Pemerintah Jepang yang diterima Wakil Menteri Tenaga Kerja/Sumber daya dan Pekerjaan Umum, kata Saiful.
Saat ini Aspataki telah mempersiapkan diri dalam penempatan skema Specified Skilled Worker (SSW) apalagi selama ini banyak anggota Aspataki yang menempatkan sistem pemagangan/LPK, kata Saiful.
Namun demikian semua tergantung pemerintah kita, apa benar mau dibuka atau dihentikan kita lihat saja.
Sumber : detikFinance